adv

search

Custom Search

advertise

sunat Ibrahim akal-akalan Yahudi dimanfaatkan kristen

oleh : Archa

Soal ritual sunat dalam setiap diskusi Islam – Kristen sering dimunculkan orang, umumnya kaum Muslim mempertanyakan mengapa ajaran Kristen tidak lagi mementingkan sunat sebagaimana yang diajarkan dalam Perjanjian Lama, sebagai suatu tanda perjanjian antara Tuhan dengan nabi Ibrahim dan keturunannya sampai kepada Yesus Kristus, dan sebagai pengikut Yesus, umat Kristen seharusnya juga menjalankannya. Sebaliknya sanggahan yang umum juga dijawab oleh Kristen adalah sunat tersebut hanya diwajibkan bagi Ibrahim dan keturunannya (yang kemudian dipersempit lagi menjadi kaum Yahudi sesuai alkitab Perjanjian Lama), sedangkan mereka sebagai orang non-Yahudi tidak terkena kewajiban tersebut, ini juga berdasarkan alkitab Perjanjian Baru, sesuai dengan ajaran yang disampaikan Paulus.

Kisah tentang asal-muasal kewajiban sunat bersumber dari Kitab Kejadian pada Alkitab Perjanjian Lama (PL) yaitu ketika menceritakan kisah keluarga nabi Ibrahim. Dalam kronologis ceritanya, dimulai kitab Kejadian 12 ketika Tuhan berfirman menyuruh Ibrahim (ketika itu masih bernama Abram) untuk pergi dari negerinya kesuatu tempat yang akan ditunjuk Tuhan, disitu Tuhan sudah mulai memberikan janji kepada Ibrahim :

12:2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
12:7 Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu."

Berdasarkan dari apa yang dijanjikan Tuhan tersebut, kita bisa melihat kata ‘bangsa’ dan ‘negeri’, ini bisa diartikan ‘kekuasaan untuk memerintah’ atau bisa juga diartikan ‘dominasi untuk mendiami suatu wilayah’, jadi Tuhan telah menjanjikan Ibrahim bahwa kelak dia dan anak keturunannya akan berdiam dalam suatu wilayah, berkuasa, mempunyai kesempatan mencari nafkah dengan mengelola wilayah tersebut. Namun terlihat ini masih merupakan janji ‘sepihak’ dan belum berbentuk perjanjian.

Dalam Kej 13 sekali lagi Tuhan menyatakan janji kepada Ibrahim :

13:14 Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan,
13:15 sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya.
13:16 Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmupun akan dapat dihitung juga.
13:17 Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu."

Disini janji Tuhan mulai lebih terperinci :

1. Wilayah tersebut terbentang ‘sejauh mata memandang’ dari posisi Ibrahim pada waktu itu (tanah Kanaan –Kej 13:12)
2. Jumlah keturunan Ibrahim ‘seperti debu tanah banyaknya’.
3. Wilayah tersebut merupakan wilayah yang dijalani (disinggahi) oleh Ibrahim.

Namun sampai disini kita masih bisa menyebutnya sebagai ‘janji sepihak’ dan belum berupa perjanjian.

Perjanjian antara Tuhan dengan Ibrahim baru disebut secara jelas pada Kej 15, setelah Tuhan memerintahkan Ibrahim untuk menyampaikan beberapa korban dan menjelaskan nasib yang akan diterima anak keturunan Ibrahim kelak, lalu dibuatlah perjanjian :

15:18 Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: "Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat:
15:19 yakni tanah orang Keni, orang Kenas, orang Kadmon,
15:20 orang Het, orang Feris, orang Refaim,
15:21 orang Amori, orang Kanaan, orang Girgasi dan orang Yebus itu."

Jadi perjanjian antara Ibrahim dengan Tuhannya adalah dengan tanda perjanjian berupa pengorbanan binatang lembu, kambing, domba dan burung (Kej 15:9)

Sampai disini kronologis ceritanya sangat runtut dan logis. ‘Kekacauan’ alur cerita terjadi pada kisah selanjutnya. Setelah diselingi kisah keluarga Ibrahim, yaitu antara istrinya Sarai dan budak perempuannya Hagar pada Kej 16, cerita soal perjanjian antara Tuhan dengan Ibrahim muncul lagi pada Kej 17 :

17:2 Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak."

Rupanya Tuhan merasa perlu untuk mengulang perjanjian yang sudah diadakan sebelumnya, dalam perjanjian ‘jilid 2’ ini tercantum ‘hak dan kewajiban’ kedua-belah pihak :

17:4 "Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.
17:6 Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja.
17:7 Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu.
17:8 Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka."

Hak dan kewajiban Tuhan kelihatannya banyak mengulang kembali dari apa yang terdapat pada perjanjian ‘jilid 1’, cuma disini terlihat ada yang ‘menyempal’ yaitu ayat 17:8, yang menyebut khusus tanah Kanaan, berbeda dengan perjanjian sebelumnya yang menyebut wilayah yang lebih luas. Mengapa terjadi perubahan..??, kita bisa melihat cerita ini :

17:18 Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!"
17:19 Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.
17:20 Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar.
17:21 Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga."

Ooo..ini rupanya menyangkut Ismail dan Ishak, terlihat jelas adanya ‘penggiringan’ cerita untuk mengeluarkan Ismail dari perjanjian ‘jilid 1’ dengan membuat perjanjian ‘jilid 2’, dan ini terkait dengan penguasaan tanah Kanaan tempat dimana mayoritas bangsa Yahudi berdiam. Ini diperkuat lagi dengan adanya ayat lain pada Keluaran:

2:24 Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.

Setelah menggiring hak perjanjian tersebut kepada Ishak dan menyingkirkan Ismail, maka ‘giringan’ selanjutnya adalah kepada Yakub anak Ishak dan menyingkirkan saudara kembar tuanya Esau. Pihak Kristen disini memperikan alasan bahwa pembatalan perjanjian tersebut karena Esau dikatakan ‘tidak menghargai’ perjanjian tersebut. Dalam Kej 25 dan 27 digambarkan hak tersebut dicabut dari Esau justru karena dia ditipu 2 kali oleh Yakub. Dengan giringan tersebut maka lengkaplah dasar ‘konstitusional’ dari anak keturunan Yakub untuk memonopoli tanah Kanaan dan kebenaran ajaran Ibrahim.

Berbeda dengan perjanjian sebelumnya, perjanjian ‘jilid 2’ ini dikukuhkan dengan tanda yang lain, yaitu ‘sunat’ :

17:9 Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.
17:10 Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat;
17:11 haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.

Sunat dengan prosedur yang jelas, menyebutkan mana bagian yang harus dipotong, siapa saja yang harus disunat, umur berapa harus disunat dan apa konsekuensinya kalau tidak disunat :

17:12 Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu.
17:13 Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal.
17:14 Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku."

Isi perjanjian ‘jilid 2’ ini ternyata banyak menimbulkan pertanyaan :

1. Kewajiban sunat yang ditujukan pada ‘kamu dan keturunanmu, berada diantara kamu’ menjadi kontradiksi dengan pengecualian kepada Ismail, apakah Ismail termasuk atau tidak..?? disini kelihatan tuhan tidak cermat dalam membuat perjanjian, dan ternyata Ismail ‘katut’ disunat juga (Kej 17:23, dan Kej 17:25), para netters Kristen berdalih bahwa ketika sunat tersebut dilakukan kebetulan Ismail berada dalam rumah, maka sesuai perjanjian harus ikut disunat sekalipun tidak termasuk dalam perjanjian, artinya disini memakai satu ayat dan membuang/mengabaikan ayat yang lain, padahal dua-duanya berasal dari Tuhan.

2. Memasukkan ‘dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu, orang yang engkau beli dengan uang’ kedalam perjanjian. Apakah artinya mereka dan keturunan mereka juga termasuk keluarga Ibrahim dan diberi hak atas tanah Kanaan..?? Menurut penafsiran salah seorang netters Kristen, para orang yang dibeli tersebut tidak punya hak, mereka disunat karena kebetulan berada dalam rumah Ibrahim dan menjadi ‘property’nya. Penafsiran ini juga terlihat berbenturan dengan janji Tuhan yang ada pada Kej 17:7 yang sama sekali tidak menyentuh adanya orang diluar Ibrahim dan keturunannya. (harap diingat dalam perjanjian jilid 2 tersebut sudah jelas disebut adanya hak dan kewajiban kedua-belah pihak).

3. Penyebutan ketentuan waktu disunat umur 8 hari juga menimbulkan masalah, apakah sunat bagi si bocah merupakan tanda perjanjian antara dia sendiri dengan Tuhan, atau antara orang-tuanya dengan Tuhan, mengingat si bocah masih belum mengerti mengapa ‘burungnya’ dipotong. Bagaimana kalau ternyata si bocah setelah besar dan mengerti tidak mau ikut perjanjian..?? (seperti kasus Esau). Ada pendapat menarik dari netters Kristen disini yang menyatakan itu adalah tanda perjanjian antara orang-tuanya dengan Tuhan. Disini juga muncul pertanyaan : bagaimana halnya dengan orang-tua yang tidak punya anak laki-laki..?? apakah perjanjian tersebut bisa dilakukan tanpa tanda yang sudah disyaratkan..?? ada yang menjawab bahwa bagi keluarga yang tidak punya anak laki-laki yaa tidak perlu adanya tanda sunat, maka syarat perjanjian tersebut lagi-lagi tidak terpenuhi (ingat dengan adanya hak dan kewajiban kedua-belah pihak yang tertulis secara jelas).

‘Komplikasi’ tersebut menunjukkan adanya keanehan tentang perjanjian tersebut yang dinyatakan sebagai Firman Tuhan, tidak mungkin Tuhan akan mengeluarkan hal yang membingungkan dan saling’ tembak-menembak’ diantara kata-kata-Nya sendiri.

Cerita tentang perjanjian ini ternyata juga tidak ‘nyambung’ dengan cerita selanjutnya :

18:10 Dan firman-Nya: "Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki." Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya.
18:11 Adapun Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah mati haid.
18:12 Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: "Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?"

Ternyata Sarai tidak tahu tentang firman Tuhan sebelumnya yang menginformasikan dia akan mempunyai anak yang dinamai Ishak (Kej 17:19), apakah Firman Tuhan tersebut ditujukan hanya kepada Ibrahim dan beliau tidak memberitahukannya kepada istrinya..??

18:17 Berpikirlah TUHAN: "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?
18:18 Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat?
18:19 Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya."

Melalui kalimat yang ‘lucu’ karena digambarkan Tuhan terlihat bimbang dan berpikir, kita diinformasikan bahwa ternyata Ibrahim-pun juga merasa heran ketika diberitahu bahwa istrinya Sarai akan melahirkan anak dihari tuanya. Kesan yang muncul sekitar perjanjian jilid 2 ini adalah cerita tersebut dikarang belakangan dan disisipkan. Seandainya Kej 17 kita hapus semuanya, maka cerita antara Kej 15, 16 dan 18 terlihat ‘masih agak nyambung’.

Maka marilah kita mencoba meneliti sumber informasinya. Kitab Kejadian terdapat dalam Perjanjian Lama khususnya dalam 5 Kitab Musa (pentateuch) atau yang biasa disebut Taurat yang pada mulanya dipercayai ditulis nabi Musa AS. Namun perkembangan selanjutnya, bahkan pihak ahli Alkitabpun tidak lagi mempercayai ini, sekalipun dalam 5 kitab tersebut dinyatakan memang ada yang berasal dari ajaran nabi Musa. Saya tidak perlu menceritakan hal ini panjang lebar karena ini sudah banyak disampaikan orang, saya hanya mengambil intinya saja bahwa : Kitab Kejadian merupakan tulisan dari kaum Yahudi jauh setelah jaman Musa dan sekalipun banyak juga bersumber dari ajaran nabi tersebut, namun banyak juga berasal dari karangan para Rabi yang tentu saja dipangaruhi situasi sosial politik yang ada ketika karangan tersebut dibuat, termasuk kelakuan-kelakuan para pemuka agamanya. Mengenai karakter umat Yahudi yang akan ada sesudah kematiannya, nabi Musa sudah meramalkan :

31:26 "Ambillah kitab Taurat ini dan letakkanlah di samping tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, supaya menjadi saksi di situ terhadap engkau.
31:27 Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang, selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap TUHAN, terlebih lagi nanti sesudah aku mati.
31:29 Sebab aku tahu, bahwa sesudah aku mati, kamu akan berlaku sangat busuk dan akan menyimpang dari jalan yang telah kuperintahkan kepadamu. Sebab itu di kemudian hari malapetaka akan menimpa kamu, apabila kamu berbuat yang jahat di mata TUHAN, dan menimbulkan sakit hati-Nya dengan perbuatan tanganmu."

Ramalan nabi Musa terhadap umatnya tersebut jelas terkait dengan kekhawatiran beliau terhadap Taurat. Disini kita bisa bertanya : Siapakah yang sebenarnya akan mengambil keuntungan besar dengan adanya perjanjian ‘jilid 2’ ini..?? jawaban yang lugas tentulah YAHUDI..!!. Cerita soal perjanjian jilid 2 tersebut kelihatannya sengaja dikarang untuk ‘melegalisir’ monopoli Yahudi terhadap kebenaran ajaran Ibrahim melalui perjanjiannya dengan Tuhan, namun disajikan dengan kurang cermat sehingga menimbulkan kesan tambal-sulam. Dan ini pada awalnya justru menyulitkan para pengikut Yesus Non-Yahudi. Dalam Kisah Para Rasul kita bisa melihat serangan ‘Yahudi-sunat’ ini kepada pengikut Yesus tentang monopoli kebenaran berdasarkan Taurat (Yesus menyatakan bahwa keberadaan beliau bukan untuk melenyapkan ataupun merubah hukum Taurat, dan memastikan tidak satu iota-pun dari Taurat yang akan hilang) :

15:1 Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan."

Ini menunjukan Yahudi ‘memperalat’ sunat untuk menunjukkan monopolinya terhadap ajaran Taurat dan secara gamblang menyatakan bahwa tidak ada keselamatan diluar Yahudi yang sudah menggenggam hak monopoli perjanjian Tuhan dengan Ibrahim. Paulus sebagai orang yang sedang giat-giatnya mempromosikan ajaran Kristen terhadap Non-Yahudi tentu saja merasa terhambat dan terhalangi dengan adanya pernyataan ini. ‘Target market’ Paulus adalah orang Yunani dan Romawi yang dari sononya memang ‘takut’ disunat, dan pernyataan Yahudi ini akan bisa membuat ajaran yang disodorkannya tidak laku dan tidak dibeli orang, Paulus bakalan bangkrut.., maka kemudian dia mengeluarkan penafsirannya tentang sunat, diantaranya ada pada Roma 5. Intinya dia menyatakan bahwa keselamatan bukan ditentukan oleh sunat atau tidak sunat (ini sebenarnya banyak kemiripan dengan ajaran Islam) namun penafsiran selanjutnya terlihat mengarah menjadikan Yesus sebagai penyelamat, dengan dasar argumentasi yang rumit mengaitkan antara ‘iman kepada Yesus dengan nilai suatu perbuatan’ (anda bisa menyimak postingan sdr. Amor yang dengan sangat baik menyampaikan ‘pelintiran’ Paulus soal iman dan perbuatan terkait dengan sunat Ibrahim ini http://forum.swaramuslim.net/threads.php?id=3734_45_25_0

‘Titik ekstrim’ Yahudi yang menyatakan keselamatan terkait dengan pelaksanaan hukum Taurat dibalas dengan ‘titik ekstrim’ lainnya dari Paulus yang menyatakan keselamatan tergantung iman kepada Yesus. Saking berapi-apinya Paulus menyampaikan ancaman ini :

5:2 Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
5:3 Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
5:4 Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.

Ini terlihat sebagai suatu ajaran yang kebablasan dan menyulitkan penganut Kristen dijaman modern ini, dimana perkembangan ilmu pengetahuan ternyata memberikan bukti sunat sangat baik bagi kesehatan, maka ini menjadi buah simalakama bagi umat Kristen yang ingin bersunat dengan alasan kesehatan karena takut ‘kualat’ seperti yang diancam oleh Paulus.

Pada waktu itu bantahan-bantahan Paulus memang banyak ditujukan kepada ajaran Yahudi karena memang Islam belum muncul. Ketika ajaran Islam mulai diajarkan oleh nabi Muhammad SAW dan isinya banyak mengkoreksi, baik ajaran Yahudi maupun Kristen, maka ‘moncong senjata’ dialihkan. Yahudi dan Kristen yang tadinya ‘gontok-gontokan’ seakan-akan mempunyai musuh bersama yang membuat mereka terlihat kompak kembali. Dan yang lebih hebatnya urusan sunat yang tadinya menjadi ‘senjata andalan’ Yahudi dalam menghadapi Kristen justru banyak dijadikan umat Kristen untuk menyerang Islam. Perjanjian ‘jilid 2’ yang menyingkirkan Ismail yang dalam ajaran Islam merupakan nenek moyang kaum Quraisy, sukunya nabi Muhammad SAW, dipakai untuk menyatakan bahwa ajaran Islam ‘tidak punya tempat’ dalam sejarah perkembangan ajaran Tuhan. Kristen disatu sisi menentang sunatnya dilain pihak mengakui perjanjiannya, dan agar mereka bisa dalam posisi aman dalam kasus ini, maka ajaran Paulus soal sunat dipakai dengan penafsiran penuh ‘akrobat’.

Bahan : dari berbagai sumber..




sumber :http://forum.swaramuslim.net/more.php?id=4246_0_21_0_M

MOSLEM ANSWERING

MOSLEM ANSWERING

STORY CONVERT TO MOSLEM